I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Kebanyakan orang melihat kondisi
suatu tanah melalui warna karena merupakan indikator kondisi iklim tempat tanah
berkembang atau asal bahan induknya, tetapi pada kondisi tertentu warna sering
pula digunakan sebagai indikator kesuburan atau kapasitas produktivitas lahan
Warna
tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang perlu diketahui, karena dapat
dijadikan petunjuk adanya sifat-sifat khusus dari tanah tersebut. Tanah
berwarna gelap mencirikan kandungan bahan organik yang tinggi, warna kelabu
menunjukkan pengaruh air yang dominan, warna merah menunjukkan bahwa tanah
sudah mengalami pelapukan yang lanjut. Warna tanah ditentukan dengan cara
membandingkan dengan warna yang terdapat pada munsell soil color chart. Warna
dinyatakan
dalam tiga satuan,
yaitu kilap (Hue), nilai (Value), dan kroma (Chroma),
menurut nama yang tercantum dalam jalur yang bersangkutan kilap berhubungan
dengan panjang gelombang cahaya, nilai berhubungan dengan keberhasilan warna dan kroma adalah kemurnian relatif dari spektrum warna.
Berdasaran
uraian tersebut maka kita perlu melakukan praktikum mengenai warna tanah agar
dapat mengetahui perbedaan warna tanah pada setiap jenis tanah.
1.2
Tujuan
dan Kegunaan
Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui karakteristik warna dari suatu tanah dan dapat membedakan warna
tanah yang seperti apa yang cocok untuk diolah menjadi lahan pertanian. Adapun kegunaan praktikum ini dilakukan untuk
membuktikan teori yang diajarkan dengan melihat kondisi tanah secara langsung.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Warna Tanah
Tanah adalah
suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang tersusun dari
bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan, yang
merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi
akibat gabungan dari faktor-faktor yaitu
iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan (Bale, 2001).
Warna tanah
merupakan salah satu ciri tanah yang jelas dan mudah terlihat dan barangkali
lebih sering digunakan mendeskripsikan tanah daripada ciri lain, khususnya oleh
orang awam, warna tanah tidak mendayai langsung pertumbuhan tanaman, akan
tetapi tak langsung lewat daya pengaruhnya atas suhu dan lengas tanah. Warna
tanah dapat juga menjadi penunjuk proses pedogenesis yang telah dijalani
tanah dan komponen tanah yang menonjol. Dalam banyak kasus kapasitas produksi
tanah dapat pula ditukar berdasarkan warnanya (Foth. H. D, 1994).
Warna tanah
merupakan komposit (campuran)
dari
warna-warna komponen-komponen
penyusunnya. Efek komponen-komponen terhadap warna komposit ini secara langsung
proporsial terhadap total permukaan tanah yang setara dengan luas permukaan
spesifik dikali proporsi volumetric masing-masingnya terhadap tanah yang
bermakna materi koloidal memiliki dampak terbesar terhadap warna tanah,
misalnya humus dan besi-hidroksida secara jelas menentukan warna tanah
(Hanafiah, 2004).
Dalam
pengklasifikasian warna tanah, metode yang telah dikenal luas oleh banyak Soil Specialist adalah “Sistem Munsell”,
yang membedakan warna tanah secara langsung dengan bantuan kolom-kolom warna
standar meliputi
penentuan
warna dasar (matriks), warna bidang struktur
selaput tanah liat,
warna karatan atau
konkresi,
warna jalit, dan warna
humus (Arief, 1994).
Warna ini
dibedakan berdasarkan tiga faktor dasar
(basic) berupa komponen warna, yaitu hue, value dan chroma, yang mendasari penyusunan variasi warna pada kartu-kartu
Munsell (Hanafiah, 2004).
2.2 Warna Tanah sebagai Indikator Kesuburan Tanah
Selain sebagai
bentuk fisik dari sebuah tanah, warna tanah juga dapat memberikan kita
informasi mengenai hal-hal yang penting yaitu sebagai indikator dari bahan
induk untuk tanah yang baru berkembang, indikator kondisi iklim untuk tanah
yang sudah berkembang lanjut, dan indikator kesuburan tanah atau kapasitas
produktivitas lahan (Hanafiah, 2004).
Warna tanah berfungsi sebagai
penunjuk dari sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah
umumnya dipengaruhi oleh perbedaan kandungan bahan organik. Makin tinggi
kandungan bahan organik, warna tanah makin gelap sehingga dapat dikatakan bahwa
tanah tersebut ideal untuk diolah menjadi media tumbuh. Sedangkan dilapisan
bawah, dimana kandungan bahan organik umumnya rendah, tanah banyak dipengaruhi
oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe dalam tanah. Di daerah berdrainase buruk,
yaitu di daerah yang selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna abu-abu
karena senyawa Fe terdapat dalam kondisi reduksi (Fe2+). Pada tanah
yang berdrainase baik, yaitu tanah yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat
dalam keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa Fe2O3 (hematit) yang berwarna merah, atau Fe2O3.3H2O (limonit) yang berwarna
kuning cokelat. Sedangkan pada tanah yang kadang-kadang basah dan
kadang-kadangkering, maka selain berwarna abu-abu (daerah yang tereduksi)
didapat pula becak-becak karatan merah atau kuning, yaitu di tempat-tempat
dimana udara dapat masuk, sehingga terjadi oksidasi besiditempat tersebut.
Keberadaan jenis mineral kwarsa dapat menyebabkan warna tanah menjadi lebih
terang (Hardjowigeno, 1992).
Intensitas warna
tanah dipengaruhi tiga faktor berikut: (1) jenis mineral dan jumlahnya, (2)
kandungan bahan organik tanah, dan (3) kadar air tanah dan tingkat hidratasi.
Tanah yang mengandung mineral feldspar, kaolin, kapur, kuarsa dapat menyebabkan
warna putih pada tanah. Jenis mineral feldspar menyebabkan beragam warna dari
putih sampai merah. Hematit dapat menyebabkan warna tanah menjadi merah sampai
merah tua. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap
(kelam) dan sebaliknya makin sedikit kandungan bahan organik tanah maka warna
tanah akan tampak lebih terang. Tanah dengan kadar air yang lebih tinggi atau
lebih lembab hingga basah menyebabkan warna tanah menjadi lebih gelap (kelam).
Sedangkan tingkat hidratasi berkaitan dengan kedudukan terhadap permukaan air
tanah, yang ternyata mengarah ke warna reduksi yaitu warna kelabu biru
hingga kelabu hijau (Wirjodihardjo
et al,
2002).
Pada
tanah-tanah muda, warna merupakan indikator jenis bahan induknya,
sedangkan pada tanah-tanah tua warna merupakan
indikator iklim tempat perkembangannya, baik iklim makro maupun iklim tanah (Hillel, 1998).
III.
METODOLOGI
3.1
Tempat dan Waktu
Pengamatan warna tanah
dilaksanakan di pelataran
Fakultas Pertanian Universitas
Hasanuddin,
Kecamatan Tamalanrea, pada hari
Kamis, tanggal 15
Oktober 2015 pukul 15.30-17.30
WITA.
3.2
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu : Munsell soil color chart,
alat tulis dan buku penuntun. Sedangkan bahan-bahan yang perlu disediakan yaitu
sampel tanah terganggu untuk setiap lapisan profil tanah.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun langkah-langkah yang perlu
diperhatikan dalam mengamati warna tanah adalah sebagai berikut :
1. Menyediakan
sampel tanah yang akan diamati dan menentukan konsistensi tanah kering, lembab
atau basah;
2. Mengambil
agregat tanah dan mematahkan agregat tersebut agar warna matriks asli dapat
terlihat;
3. Menyiapkan
buku Munsell sebagai pedoman pemberian
warna tanah;
4. Meletakkan
agregat tanah pada buku Munsell sesuai warna yang ada pada buku;
5. Mengamati
ukuran hue, value dan chroma yang tertera pada buku Munsell.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Dari
hasil praktikum maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil pengamatan warna tanah.
Pengamatan
|
Lapisan 1
|
Lapisan 2
|
Lapisan 3
|
Hue (YR)
|
5
|
2,5
|
2,5
|
Value
|
3
|
4
|
4
|
Chroma
|
4
|
8
|
8
|
Warna
|
Dark Reddish Brown
|
Red
|
Red
|
Sumber: Data primer, 2015
4.2
Pembahasan
Lapisan I hue 5 YR, value 3, dan chroma 4 ditulis menjadi 5
YR
yang berarti memiliki warna dark
reddish brown atau warna coklat tua kemerahan. Lapisan II dan II hue 2,5 YR, value 4 dan chroma 4 ditulis menjadi 2,5 YR
yang berarti
memiliki warna yang sama yaitu red atau
merah. Dari hasil
tersebut maka dapat kita ketahui pada setiap
lapisan dari profil tanah memiliki warna yang berbeda beda. Tanah pada lapisan I cocok untuk dijadikan
media pertumbuhan karena warnanya yang gelap mengandung banyak bahan organik
yang tinggi yang berguna untuk pertumbuhan tanaman (Hanafiah, 2004). Warna merah
pada lapisan II dan III menjelaskan
bahwa kurangnya kadar bahan organik dalam tanah, sehingga benar bahwa semakin kebawah, kandungan bahan
organik suatu tanah semakin berkurang,
menurut Pairunan (1985).
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkann:
1. Lapisan I hue 5 YR, value 3, dan chroma 4 ditulis
menjadi 5 YR
yang berarti memiliki warna dark
reddish brown atau warna coklat tua kemerahan.
2. Lapisan II dan II hue 2,5 YR, value 4 dan chroma 4
ditulis menjadi 2,5 YR
yang berarti
memiliki warna yang sama yaitu red atau
merah.
3. Setiap
lapisan tanah memiliki warna yang berbeda. Warna
tanah ditentukan dengan cara membandingkan dengan warna yang terdapat pada buku
Munsell Soil Color Chart.
5.2
Saran
Dalam praktikum kita diharuskan untuk sangat teliti supaya tidak keliru dalam menentukan warna. Dan
setiap praktikan harus memperhatikan
penjelasan yang dipaparkan oleh asisten, agar semua praktikan dapat mengerti
dengan benar cara menentukan warna menggunakan Munsell Soil Color Chart.
DAFTAR PUSTAKA
Bale,
A. 2001. Ilmu Tanah I .
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada : Yogyakarta.
Foth, H.D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada
University Press,
Hanafiah, Ali Kemas. 2004. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Presindo, Jakarta.
Jogjakarta.
Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar
Online Fakultas Pertanian
Unsri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar