I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan
untuk kesejahteraan umat manusia. Tanah dapat digunakan untuk medium tumbuh
tanam-tanaman yang mampu menghasilkan makanan, sandang, obat-obatan serta
keperluan lainnya.Tanah tersusun dari air, udara, dan bagian padat yang terdiri
dari bahan-bahan mineral dan organik yang berperan dalam pertumbuhan tanaman.
Dalam kondisi alam, perbandingan udara dan air selalu berubah-ubah, tergantung
pada iklim dan faktor lainnya.
Apabila kita menggali lubang pada tanah, maka kalau kita perhatikan dengan
teliti pada masing-masing sisi lubang tersebut akan terdapat lapisan-lapisan
tanah yang mempunyai sifat yang berbeda-beda. Disuatu tempat ditemukan lapisan
berseling-seling dengan lapisan liat, lempung atau debu, sedang ditempat lain
ditemukan tanah yang semuanya terdiri dari liat, tetapi dilapisan bawah
berwarna kelabu dengan bercak-bercak merah, dibagian tangah berwarna merah, dan
lapisan atasnya berwarna kehitam-hitaman. Lapisan tersebut terbentuk karena dua
hal, yaitu : (1) pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air; (2) proses
pembentukan tanah.
Horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari
proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horizon tersebut akan
menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal tanah
tersebut akan menunjukan susunan horizon yang disebut profil tanah.
Tanah merupakan materi di permukaan bumi yang terbentuk
sebagai produk dari proses pelapukan batuan di bawah pengaruh iklim (terutama
curah hujan), organisme hidup, dan topografi selama suatu rentang waktu yang
sangat lama. Karena proses pembentukannya yang sangat lama itu (ribuan hingga
jutaan tahun), kita tidak dapat menyaksikan bagaimana tanah itu terbentuk.
Tanah dapat berasal dari batuan keras, batuan beku, batuan
sedimen tua, batuan metamorfosa yang melapuk, atau dari bahan-bahan endapan
baru dan lain-lain. Dengan proses pelapukan maka permukaan batuan yang keras menjadi
hancur dan berubah menjadi bahan yang lunak yang disebut regolit. Selanjutnya
melalui proses pembentukan tanah, bagian atas regolit berubah menjadi tanah.
Pelapukan terjadi pada batuan yang keras maupun pada mineral-mineral yang
terdapat pada regolit, termasuk abu vulkanik, bahan endapan baru dan lain-lain
Berdasarkan uraian diatas maka perlu diadakan pengamatan
tentang proses terjadinya pelapukan dan untuk mengetahui jenis-jenis pelapukan
dan faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dilaksanakannya praktikum tanah hasil pelapukan adalah untuk mengetahui
tanah sebagai materi yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan. Adapun
kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai bahan informasi untuk menambah
pengetahuan tentang tanah sebagai
hasil pelapukan, jenis-jenis pelapukan dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Pelapukan Batuan
Pelapukan merupakan proses alamiah akibat bekerjanya gaya
alam baik secara fisik maupun kimiawi yang menyebabkan terjandinya
pemecahan-pemecahan dan transformasi bebatuan dan mineral-mineral penyusunnya
menjadi material lepas dipermukaan bumi (Hanafiah, 2012).
Pembentukan tanah perubahan induk tanah berlangsung dengan
proses pelapukan, dekomposisi dan mineralisasi lebih lanjut. Banyaknya waktu
yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Tanah yang berkembang
dari batuan yang keras memerlukan waktu yang lama dibandingkan tanah yang
berasal dari bahan induk lunak dan lepas. Proses tanah mula-mula berjalan
sangat lambat (Hardjowigeno,1993).
Pembentukan tanah dipengaruhi oleh lima faktor
yaitu (1) Bahan induk. Keadaan alami bahan induk akan mempunyai suatu
pengaruh terputus pada sifat-sifat tanah muda, mereka dapat memakai satu
pengaruh pada tanah-tanah tua yang ada. Sifat bahan induk yang memakai satu
pengaruh yang mendalam pada perkembangan termasuk tekstur, komposisi mineral
dan tingkat sratifikasi. (2) Iklim. Pengaruh iklim yang penting yang
mempengaruhi pembentukan tanah adalah presipitasi dan temperatur. Iklim juga
mempengaruhi pembentukan tanah secara tidak langsung yang menentukan vegetasi
alami. (3) Organisme, tanaman mempengaruhi tanah melalui penambahan bahan
organik, siklus ion dan pergerakan air melalui siklus hidrologi. Hewan-hewan
tanah memengaruhi ganesa tanah sebagai pemakan dan perombak bahan organik.
(4) Topografi, dengan cara mempengaruhi jumlah presipitasi yang diabsorbsi
dan ditahan dalam tanah, oleh karenanya mempengaruhi hubungan kelembapan,
dengan memengaruhi kecepatan perpindahan tanah oleh erosi, dengan mengarahkan
gerakan bahan-bahan dalam suspensi atau larutan dari daerah yang satu ke yang
lain. (5) Waktu, tanah sebagai hasil evolusi berubah secara tetap seperti
perubahan bentuk muka bumi. Mereka mempunyai siklus hidup dengan keadaan yang
sama dimana bentuk muka bumi lambat laun menembus suatu siklus. Siklus hidup
tanah termasuk stadia bahan induk, tanah muda, tanah matang, dan stadia pada
umur tua (Foth, 1988).
2.2 Jenis-Jenis Pelapukan
Proses pelapukan melalui dua mekanisme yaitu
(1) Pelapukan fisik. Proses dimana melapuknya batuan atau mineral menjadi
partikel yang lebih halus menyebabkan terjadinya kenaikan permukaan spesifik
tanpa menyebabkan perubahan komposisi kimia, tetapi sangat diperlukan sebelum
terjadi pelapukan kimia. Pelapukan fisik disebabkan oleh fluktuasi suhu, air
membeku, dan kegiatan perakaran. (2) Pelapukan kimiawi. Proses dimana
melapuknya batuan atau mineral melalui reaksi kimia menghasilkan material yang
memiliki komposisi berbeda dengan bahan aslinya, disebabkan oleh disolusi,
hidrolisis, asidolisis dan oksidasi (Sutanto, 2005).
Berdasarkan cara pembentukannya, bebatuan dikelompokkan
menjadi 3 golongan, yaitu (1) Batuan beku (igneous rock) merupakan
bebatuan yang terbentuk dari proses solidifikasi (pembekuan) magma cair.
Golongan ini antara lain meliputi granit, syenit, basalt, andesit, diabase dan
gabbro. (2) Batuan sedimen (sedimentary rock) merupakan bebatuan yang terbentuk
dari proses konsilidasi (pemadatan) endapan-endapan partikel yang terbawa oleh
angin atau air dipermukaan bumi. Golongan ini antara lain mencakup batu-kapur,
batu-pasir, batu-debu, batu-pasir berkapur, shale (batu-serpih), dan
konglomerat. (3) Batuan peralihan (metamorf) merupakan batuan beku atau
sedimen yang telah mengalami transformasi (perubahan rupa) akibat adanya
pengaruh perubahan suhu, tekanan, cairan atau gas aktif. Golongan ini
meliputi gneissgranit, batu serpih slate, marmer, batu-pasir quarsit
(Hanafiah 2012).
2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pembentukan Tanah
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah melalui
pelapukan yaitu. Pertama,
Iklim. Iklim merupakan rata-rata cuaca pada jangka panjang, minimal
per musim, per periode, ataupun per tahun, dan seterusnya. sedangkan cuaca
adalah kondisi iklim pada suatu waktu berjangka pendek, misalnya harian,
mingguan, dan bulana maksimal semusim atau seperiode (Hanafiah, 2010).
Kedua, jasad hidup.
Diantara berbagai jasad hidup, vegetasi atau makroflora merupakan yang paling
berperan dalam mempengaruhi proses genesis dan perkembagan profil tanah, karena
merupakan sumber biomas atau bahan organik tanah (BOT). BOT ini apabila
terdekomposisi oleh mikrobia heterotrofik akan menjadi sumber energi dan hara
bagi mikrobia sendiri, juga merupakan sumber senyawa organik dan anorganik yang
terlibat dalam berbagai proses komogenesis dan biogenesis didalam
lapisan-lapisan tanah (Hanafiah, 2010).
Ketiga, bahan
induk. Jenis bahan induk akan menentukan sifat fisik maupun kimiawi tanah yang
terbentuk secara endodinamomorf, tetapi pengaruhnya menjadi tidak jelas
terhadap tanah-tanah yang terbentuk secara ektodinamomorf. Pengaruh bahan induk
ini sangat jelas terlihat pada tanah muda-dewasa, namun dalam perkembanganya
terjadi proses pelapukan secara lanjut, apabila mengalami pelindian atau erosi
berat, maka pengaruh ini semakin tidak jelas bahkan dapat hilang sama sekali (Hardjowigeno,
2010).
Keempat, Topografi.
Peran tofografi dalam proses genesis dan perkembangan profil tanah adalah
melalui empat cara, yaitu lewat pengaruhnya dalam menentukan jumlah air hujan
yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah, Kedalaman air tanah,
besarnya erosi yang dapat terjadi, dan arah pergerakan air yang
membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang tinggi ketempat yang rendah.
Lewat empat perannya ini, maka (Hardjowigeno, 2010).
Kelima, waktu. Periode
waktu akan menentukan jenis dan sifat-sifat tanah yang terbentuk dari suatu
kawasan, karena waktu memberikan kesempatan pada empat faktor pembentukan tanah
lainnya untuk mempengaruhi proses-proses pembentukan tanah, makin lama makin
intensif (Hardjowigeno, 2010).
III.
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum penetapan
tanah hasil pelapukan dilaksanakan di
pelataran HIMTI, Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin,
Makassar. Pada hari Kamis 15 oktober 2015 pukul 16.00 WITA sampai
selesai.
3.2 Alat
dan Bahan
Alat yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain menyediakan alat tulis menulis, dan buku
penuntun dasar-dasar ilmu tanah. Adapun bahan yang digunakan yaitu sampel
tanah, sampel bahan induk dan sampel batu.
3.3 Prosedur kerja
Kegiatan praktikum ini
dilaksanakan dalam bentuk demonstrasi dan persentasi di laboratorium, diikuti
sesi tanya jawab. Kegiatan praktikum ini juga diikuti dengan demonstrasi
menggunakan profil tanah di lapangan yang profil atau penampang tanahnya telah disiapkan
sebelumnya. Praktikum ini dilaksanakan perkelompok.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Bongkahan batu Kerikil Tanah
4.2 Pembahasan
Dari gambar tersebut,
hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tanah
merupakan hasil dari pelapukan yang terjadi pada batuan. Batuan yang berada di
atas permukaan tanah akan mengalami perubahan secara terus menerus dengan waktu
yang sangat lama karena adanya pengaruh dari lingkungan dan tidak
semua faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang sama dalam proses pembentukan
tanah, karena terdapat dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor pasif dan
faktor aktif. Hal ini didukung oleh
Hanafiah (2007) bahwa faktor pembentuk tanah ada dua, yaitu faktor pasif,
secara pasif adalah bagian-bagian yang menjadi sumber massa dan keadaan yang
mempengaruhi massa yang meliputi bahan induk, topografi dan waktu atau
umur. Sedangkan faktor
pembentuk tanah secara aktif adalah faktor yang menghasilkan energi yang
bekerja pada massa tanah yaitu iklim dan makhluk hidup.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil
pembahasan yang didapat, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.
Tanah merupakan hasil dari
pelapukan batuan karena dapat dibuktikan dengan sifat bahan induk yang
menentukan sifat tanah.
2.
Tanah
terbentuk dari proses pelapukan batuan yang terjadi karena adanya pengaruh
iklim (curah hujan, kelembaban, topografi
(kemiringan), organisme (makro dan mikro), waktu, dan material (tekstur,
struktur, dan berat).
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Foth,
Henry D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.
Hanafiah,
K. A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Hanafiah, K. A. 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja
grafindo Persada: Jakarta
Hanafiah, K. A. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press:
Jakarta.
Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah. PT. Akademika
Presindo: Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo:
Jakarta.
Sutanto,
Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius:
Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar