Translate

Sabtu, 28 November 2015

Laporan Bahan Organik Tanah

I.                   PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Kita membutuhkan tanah sebagai sumber kehidupan dan sebagai media tumbuhnya tanaman. Sebagai media tumbuhnya, tanah harus dapat menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Salah satu faktor yang harus ada adalah bahan organik tanah.
Bahan organik adalah sekumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat dan berada didalamnya. Bahan organik tanah merupakan timbunan binatang dan jasad renik yang sebagian telah mengalami perombakan. Bahan organik ini biasanya berwarna cokelat dan bersifat koloid yang dikenal dengan humus, Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang terbentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui suatu kegiatan mikroorganisme dalam tanah.
Tanah yang mengandung banyak humus atau mengandung banyak bahan organik adalah tanah pada lapisan atas. Bahan organik tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu sebagai granulator yang berfungsi memperbaiki struktur tanah, penyediaan unsur hara dan sebagainya. Yang mana nantinya akan mempengaruhi seberapa jauh tanaman memberikan hasil produktifitas yang tinggi.
Tanah yang semula subur dapat berkurang kualitasnya oleh beberapa faktor. Salah satu diantaranya adalah dengan seringnya tanah tersebut dimanfaatkan tanpa mengalami proses istirahat. Dengan seringnya kita memanfaatkan tanah, maka unsur hara yang terkandung di dalamnyapun sedikit demi sedikit akan berkurang. Tanah yang subur dan mudah diolah sangat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan praktikum mengenai bahan organik untuk mengetahui kandungan bahan organik suatu jenis tanah pada setiap lapisan.
1.2         Tujuan dan Kegunaan
Tujuan diadakannya pengamatan kemasaman tanah adalah untuk mencirikan tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi dan yang rendah, melihat kualitas tanah secara visual antara tanah yang memiliki bahan organik yang cukup dan yang kurang, dan cara mengetahui persentase bahan organik yang terkandung pada lapisan tanah di laboratorium. Adapun kegunaan praktikum ini untuk mengetahui kandungan bahan organik di dalam tanah serta peran bahan organik di dalam tanah.


II.                TINJAUAN PUSTAKA
2.1         Bahan Organik Tanah
Landasan Teori Tanah sebagai media pertumbuhan tanaman berada dalam kondisi yang optimum jika komposisinya terdiri dari: 25% udara, 25% air, 45% mineral dan 5% bahan organik. Atas dasar perbandingan ini, nampak kebutuhan tanah terhadap bahan organik adalah paling kecil. Namun demikian kehadiran bahan organik dalam tanah mutlak dibutuhkan karena bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologi tanah (Lengkong dan Kawulusan, 2008).
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara. Unsur yang terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan c-organik. Dimana kandungan c-organik merupakan unsur yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Komponen organik tanah berasal dari biomassa yang mencirikan suatu tanah aktif. Komponen organik tak hidup terbentuk dari melalui pelapukan kimia dan biologi, yang dipisahkan ke dalam bahan-bahan yang anatomi bahan aslinya masih tampak dan bahan-bahan yang telah terlapuk sempurna (Hardjowigeno, 2003).
Bahan organik tanah merupakan hasil dekomposisi atau pelapukan bahan-bahan mineral yang terkandung didalam tanah. Bahan organik tanah juga dapat berasal dari timbunan mikroorganisme, atau sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan terlapuk selama jangka waktu tertentu.bahan organik dapat digunakan untuk menentukan sumber hara bagi tanaman, selain itu dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah (Soetjipto, 1992).
Bahan organik merupakan perekat butiran lepas dan sumber utama nitrogen, fosfor dan belerang. Bahan organik cenderung mampu meningkatkan jumlah air yang dapat ditahan didalam tanah dan jumlah air yang tersedia pada tanaman. Akhirnya bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro. Tanpa bahan organik semua kegiatan biokimia akan terhenti (Doeswono, 1983). 
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Disamping itu bahan organik tanah memiliki fungsi-fungsi yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto, 2005).
Bahan organik memainkan beberapa peranan penting di tanah. Sebab bahan organik berasal dari tanaman yang tertinggal, berisi semua unsur-unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik mempengaruhi struktur tanah dan cenderung menjaga menaikkan kondisi fisik yang diinginkan. Hewan-hewan tanah tergantung pada bahan organik untuk makanan dan mendukung kondisi fisik yang diinginkan dengan mencampur tanah membentuk alur-alur. Umumnya banyak hal-hal menarik dalam mengelola bahan organik agar tanah lebih produktif (Foth, 1994).
2.2         Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bahan Organik Tanah
Menurut Sutanto (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik dalam tanah Alfisol adalah kedalaman tanah, iklim, drainase, tekstur tanah  dan vegetasi. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan pada lapisan atas setebal 20 cm, sehingga lapisan tanah  makin ke bawah makin kurang bahan organik yang di kandungnya.
1.    Kedalaman Tanah
Dikarenakan karakterisitk bahan-bahan organik yang terkonsentrasi dipermukaan dari sumber bahan organik yang melimpah. Maka kandungan bahan organik terbesar ada pada lapisan tanah atas (horizon A) setebal kira-kira 20 cm (15-20%) dan akan berkurang dalam bertambahnya kedalaman tanah.
2.    Iklim
Iklim merupakan rerata cuaca pada jangka panjang minimal permusim atau perperiode, dan seterusnya, dan cuaca adalah kondisi iklim pada suatu waktu berjangka pendek misalnya harian, mingguan, bulanan dan masimal semusim atau seperiode.


3.    Drainase
Drainase yang buruk dan air berlebih akan menjadikan bahan-bahan organik tersapu dan hilang sehingga biasanya pada tanah dengan drainase buruk kandungan BO meningkat. Sedangkan pada tanah/lahan dengan drainase yang baik akan memiliki BO yang rendah.
4.    Tekstur Tanah
BO akan lebih tinggi pada tanah dengan tekstur liat. Pada tanah pasir karena oksigen dalam tanah banyak (dikarenakan porimakro) maka oksidasi terhadap bahan organik akan berjalan lebih cepat.
5.    Vegetasi
Fungsi vegetasi adalah dalam melindungi lapisan atas tanah (lapisan yang paling banyak mengandung BO) dari tekanan air hujan. Sehingga BO tidak tersapu oleh air. Sedangkan kapur sangat mempengaruhi PH tanah padahal organisme pengoksidasi hanya dapat bekerja pada PH tertentu.
Pengaruh bahan organik terhadap tanah dan kemudian terhadap tanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organik dan faktor tanah. Faktor bahan organik meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperatur, kelembaban, tekstur, struktur dan suplai oksigen, serta reaksi tanah, ketersediaan hara terutama N P, K dan S (Hanafiah, 2010).
2.3         Hubungan Bahan Organik Dengan Kesuburan Tanah
Bahan organik tanah merupakan komponen penting penentu kesuburan tanah, terutama di daerah tropika seperti di Indonesia. Kandungan bahan organik yang rendah menyebabkan partikel tanah mudah pecah oleh curah hujan dan terbawa oleh aliran permukaan sebagai erosi, yang pada kondisi ekstrim mengakibatkan terjadinya desertifikasi. Rendahnya kandungan bahan organik tanah disebabkan oleh ketidakseimbangan antara peran bahan dan hilangnya bahan organik dari tanah utamanya melalui proses oksidasi biologis dalam tanah. Erosi tanah lapisan atas yang kaya akan bahan organik juga berperan dalam berkurangnya kandungan bahan organik tanah tersebut (Victorious, 2012).
Keberadaan bahan organik dalam tanah terhadap tanaman dapat memacu pertumbuhan tumbuhan karena mengandung auksin dan hormon pertumbuhan, meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman, menyuplai energi bagi organisme tanah, dan meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi tanaman (Madjid, 2010).
Pengaruh bahan organik tidak dapat disangkal terhadap kesuburan tanah. Bahan organik mempunyai daya serap kation yang lebih besar daripada kaloid tanah yang liat. Berarti semakin tinggi kandungan bahan organik suatu tanah, maka makin tinggi pula kapasitas tukar kationnya. Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa tumbuhan dan binatang yang sebagian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali.  Bahan yang demikian berada dalam proses pelapukan aktif dan menjadi mangsa jasad mikro.  Sebagai akibat, bahan itu berubah terus dan tidak mantap, dan selalu diperbaharui melalui penambahan sisa-sisa tanaman atau binatang (Soepardi, 2005).
Tanah yang baik merupakan tanah yang mengandung hara. Unsur yang terpenting dalam tanah agar dapat mendukung kesuburan tanah salah satunya adalah kandungan c-organik. Dimana kandungan c-organik merupakan unsur yang dapat menentukan tingkat kesuburan tanah. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Komponen organik tanah berasal dari biomassa yang mencirikan suatu tanah aktif. Komponen organik tak hidup terbentuk dari melalui pelapukan kimia dan biologi, yang dipisahkan ke dalam bahan-bahan yang anatomi bahan aslinya masih tampak dan bahan-bahan yang telah terlapuk sempurna (Hardjowigeno, 2003).
Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Disamping itu bahan organik tanah memiliki fungsi – fungsi yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto, 2002).
Menurut Hardjowigeno (2003), pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah:
1.      Sebagai granulator, yaitu memperbaiki struktur tanah;
2.      Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro dan lain-lain;
3.      Menambah kemampuan tanah untuk menahan air;
4.      Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara;
5.      Sumber energi mikroorganisme.


III. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum bahan organik dilaksanakan di Laboratorium Kimia Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis 22 Oktober 2015, mulai dari pukul 10.00 WITA sampai selesai.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sampe tamah kering udara aquades, larutan K2Cr2O7, larutan H2SO4, indikator diphenilamin ,dan ammonium ferrosulfat atau FeSO4. Alat-alat yang digunakan adalah neraca analitik, labu erlenmeyer, pipet tetes , gelas ukur ,buret 50 ml dan alat tulis menulis.
3.3 Prosedur Kerja
Ada bebrapa percobaan yang dilakukan dalam peraktikum ini diantaranya praktikum lapangan dan praktikum laboratorium
3.3.1 Praktikum Lapangan
Adapun langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk menentukan  faktor yang mempengaruhi bahan organik dilapangan yaitu :
1.        Mengamati warna tanah yang ada dilapangan
2.        Mengambil patahan bongkahan tanah, kemudian mengamati dengan menggunakan lup untuk mengamati keberadaan biota tanah berukuran mikro
3.        Mengambil lup dan penggaris untuk mengamati ukuran pori pada tanah
4.        Mencatat hasil
3.3.2 Pengamatan Laboratorium
Adapun langkah – langkah yang perlu diperhatikan dalam pengamatan laboratorium untuk mengetahui kandungan bahan organik :
1.        Menimbang tanah sebanyak 1 gram.
2.        Memasukkan tanah tersebut ke dalam labu erlenmeyer 250 mL.
3.        Menambahkan dengan teliti 5 mL K2Cr2O7 1 N (pipet) dan reaksikan 5 ml H2SO4,  dan biarkan reaksi berlangsung hingga beberapa menit atau labu Erlenmeyer menjadi dingin
4.        Menambahkan aquades 100 ml
5.        Meneteskan 5 – 10 tetes indikator diphenilamin dan titrasi dengan ammonium ferro sulfat 0,25 N (ditetesi sambil dikocok sampai berubah menjadi warna hijau)
6.        Menentukan titik akhir titrasi pada saat terjadi perubahan warna dari biru kehitaman menjadi hijau
7.        Mencatat volume titrasi Fe+  yang digunakan begitupula dengan normalitasnya
8.        Menghitung % bahan organik dengan rumus :




IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Hasil
Berdasarkan hasi pengamatan yang dilakukan, maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 1.  Hasil pengamatan dilapangan
Faktor yang diamati
Warna tanah
Biota tanah
Struktur tanah
Warna matriks
Colat tua kemerahan, merah
-
-
Komentar terkait warna
Pada setiap lapisan memiliki perbedaan warna
-
-
Kandungan biota (tidak ada, K, S, B)
-
Banyak
-
Jenis biota
-
Pepohonan, semak, dan serangga
-
Tipe srtuktur
-
-
Gembur, kaku menggumpal, menggumpal
Ukuran agregat dan pori (mm)
-
-
± 2mm
Kestabilan agregat (lemah,kuat/stabil)
-
-
Lemah

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.

Tabel 2. Hasil perhitungan kandungan bahan organik
Lapisan
Kandungan Bahan Organik
I
4,65 %
II
5,34 %
III
5,69 %

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.
4.2.  Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil pengamatan bahwa pada lapisan I memiliki kandungan bahan organik sebanyak 4,65 %. Pada lapisan II memiliki kandungan bahan organik lebih tinggi yaitu sebanyak 5,34 %. Pada lapisan III memiliki kandungan bahan organik tertinggi yaitu sebanyak 5,69 %. Kurangnya bahan organik pada lapisan I ini didukung oleh pendapat Victorious (2012) bahwa rendahnya kandungan bahan organik tanah disebabkan oleh ketidakseimbangan antara peran bahan dan hilangnya bahan organik dari tanah utamanya melalui proses oksidasi biologis dalam tanah. Erosi tanah lapisan atas yang kaya akan bahan organik juga berperan dalam berkurangnya kandungan bahan organik tanah tersebut. Dari hasil yang diperoleh diperkirakan bahan organik lapisan atas mengalami erosi sehingga mengakibatkan sedikitnya bahan organik pada lapisan atas.
Selain itu, tekstur tanah juga berpengaruh terhadap kandungan bahan organik tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2005) bahwa salah satu yang mempengaruhi ketersediaan bahan organik adalah tekstur tanah dimana bahan organik akan lebih tinggi pada tanah dengan tekstur liat. Pada tanah pasir karena oksigen dalam tanah banyak (dikarenakan pori makro) maka oksidasi terhadap bahan organik akan berjalan lebih cepat.
Pada pengamatan lapangan kita dapat mengetahui bahwa setiap lapisan memiliki perbedaan warna yang dapat menjadi penciri atau penanda bahwa tiap lapisan memiliki perbedaan kandungan bahan organik karena kita tau bahwa bahan organik dapat mempengaruhi warna tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Foth. H. D. (1994) bahwa warna tanah merupakan salah satu ciri tanah yang jelas dan mudah terlihat dan barangkali lebih sering digunakan mendeskripsikan tanah daripada ciri lain, khususnya oleh orang awam, warna tanah tidak mendayai langsung pertumbuhan tanaman, akan tetapi tak langsung lewat daya pengaruhnya atas suhu dan lengas tanah. Warna tanah dapat juga menjadi penunjuk proses pedogenesis yang telah dijalani tanah dan komponen tanah yang menonjol. Dalam banyak kasus kapasitas produksi tanah dapat pula ditukar berdasarkan warnanya.
Pada pengamatan lapangan dan laboratorium kita dapat membandingkan bahwa pengamatan dilapangan hanya terbatas faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik. Sedangkan pada pengamatan laboratorium kita dapat mengukur kandungan bahan organik setiap lapisan dengan lebih rinci dan jelas. Sehingga kita dapat mengetahui indikator kesehatan tanah pada tiap lapisan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutanto (2002) bahwa bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Disamping itu bahan organik tanah memiliki fungsi – fungsi yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah.


V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan berikut :
1.      Kandungan bahan organik pada Lapisan I, II, dan III masing-masing adalah 4,65 %, 5,34 %, dan 5,69 %
2.      Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi bahan organik pada percobaan ini adalah kedalaman dan pori
5.2.  Saran
Ada baiknya jika pada saat percobaan setiap kelompok disediakan 2 sampel tanah untuk membandingkannya antar satu dan yang lainnya


DAFTAR PUSTAKA
Doeswono,1983. Ilmu-Ilmu Terjemahan. Bhatara Karya Aksara : Jakarta.
Fakultas Pertanian IPB: Bogor.
Foth, Henry D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press:     Yogyakarta.
Hanafiah, Ali Kemas.  2010.  Dasar-dasar Ilmu Tanah.  Raja Grafindo Persada:
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo: Jakarta.
Jakarta.
Lengkong, J.E., dan Kawulusan R.I. 2008. Pengelolaan Bahan Organik Untuk Memelihara Kesuburan Tanah. Soil Environment, Vol. 6, No. 2, Hal : 91-97.
Madjid. 2010. Sifat dan Ciri Tanah. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Soepardi. 2005. Masalah Kesuburan Tanah di Indonesia. Departemen Ilmu Tanah
Soetjipto, dkk. 1992. Dasar - Dasar Irigasi. Erlangga: Jakarta.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep Kenyataan. Kanisius: Yogyakarta.
Victorious. 2012. Penetapan Status P, K dan C-organic Untuk Tanah Organik dan Anorganik.


LAMPIRAN
Data hasil pengamatan di Laboratorium
Perhitungan kandungan bahan organik tanah pada lapisan I, II, dan III tanah alfisol.
Lapisan I
Diketahui:       ml B = 36,5
ml t = 9,4
N = 0,25
mg contoh tanpa air = 1000 mg = 1 gr
Ditanya    : % Bahan organik
Penyelesaian :
Lapisan II
Diketahui:       ml B = 36,5
ml t = 5
N = 0,25
mg contoh tanpa air = 1000 mg = 1 gr
Ditanya    : % Bahan organik
Penyelesaian :
Lapisan III
Diketahui:       ml B = 36,5
ml t = 3,5
N = 0,25
mg contoh tanpa air = 1000 mg = 1 gr
Ditanya    : % Bahan organik
Penyelesaian :